Kamis, 27 September 2012

Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak

Seringkali kita mendengar istilah buku adalah jendela dunia melalui buku,kita memperoleh berbagai informasi yang tentunya akan menambah wawasan agar gemar membaca,tentunya hal ini perlu kita tanamkan pada anak dari sejak usia dini.
Beberapa tips agar anak gemar membaca :
1.  Biasakan Untuk Membacakan Cerita
Membacakan cerita kepada anak dapat dilakukan sebelum tidur.pilih buku cerita yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak.
Misal,untuk anak yang berusia Pra-Sekolah, pilih buku cerita yang banyak gambar, tulisan yang agak besar dan kalimat yang tidak rumit.perhatikan juga bahan ceritanya untuk anak yang berusia balita, telah tersedia buku cerita dan bahan yang tebal, dari plastik, sehingga kuat dan tidak mudah robek.

2.  Membuat Perpustakaan /  Ruang Buku Tersendiri

Selain menyediakan buku di rumah ada baiknya anda juga belajar bagaimana cara merawat buku-buku agar tetap rapi dan tidak rusak.
Menyimpan buku diruangan baca secara tertata / akan menghindari kerusakan buku, beri tulisan di dinding ruangan cara penyimpanan / perawatan buku-buku tersebut.

3.  Mengajak Si Kecil Berkunjung Ke Toko Buku.
Sesekali mengajak si kecil ke toko buku dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih buku yang di sukainya tentu akan menyenangkan. Saat ini banyak sekolah yang mengadakan progam kunjungan ke penerbit / percetakan buku cerita anak, sehingga anak semakin tertarik untuk membaca.

4.  Orang Tua Sebagai Contoh.
Orang tua adalah guru yang terdekat dengan anak, ia akan meniru perilaku ayah dan ibunya oleh karna itu, orang tua harus memperhatikan juga hobi membaca, sehingga anak menjadi termotifasi untuk gemar membaca.

Anak Pun Bisa Cemburu


Cemburu tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa yang biasanya merasa cemburu terhadap pasangan. cemburu pun bisa dirasakan oleh anak-anak. Rasa cemburu merupakan reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu timbul dari kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan ditunjukan kepada orang lain.
Ada tiga sumber yang menimbulkan rasa cemburu yang pertama adalah kondisi yang ada dilingkungan rumah, biasanya berawal dari orang tua yang pilih kasih. Kedua situasi sosial sekolah , situasi di rumah sering dibawa ke sekolah dan mengakibatkan anak-anak memandang setiap orang disana yaitu para guru, atau teman sekelasnya sebagai ancaman keamanan. Ketiga dalam situasi dimana anak merasa ditelantarkan dalam hal pemilikan benda-benda seperti yang dimiliki orang lain membuat mereka merasa cemburu pada orang lain. Jenis kecemburuan ini berasal dari rasa iri yaitu keadaan marah dan kekesalan hati yang ditunjukkan kepada orang yang memiliki benda yang diirikan.
Melihat itu semua tentu kita ingin mengetahui bagaimana reaksi anak saat cemburu, karena sebagai orang tua kita mesti mewaspadai dan memami apa yang anak butuhkan dan inginkan. Cemburu pada anak tergantung siatuasi ada 2 rekasi yang mesti diwaspadi oleh orang tua yaitu :
Reaksi Cemburu Langsung
Reaksi cemburu yang langsung mungkin berwujud perlawanan agresif seperti menggigit, menendang, memukul , mendorong, meninju, dan mencakar atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingan dalam kompetisi memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang yang dicintai. Apabila kecemburuan berasal rasa iri, anak-anak mungkin terdorong melakukan perbuatan yang tidak dapat diterima secara sosial seperti berbohong dan mencuri. Mereka mengeluh tentang milik mereka, mengeluarkan komentar mencela terhadap benda yang sangat mereka inginkan atau menyalahkan orang tua yang tidak memberi mereka benda seperti yang dimiliki teman bermain mereka. Memberikan komentar yang meremehkan tentang orang yang dicemburui juga umum dijumpai pada anak-anak yang cemburu .
Reaksi tidak langsung
Reaksi taklangsung bersifat lebih halus sehingga lebih sukar untuk dikenali. Reaksi ini meliputi pengunduran diri kearah bentuk prilaku yang infantile, seperti ngompol dan mengisap jempol berusaha mendapatkan perhatian dalam bentuk ketakutan baru, makan-makanan yang aneh, kenakalan yang umum, perilaku merusak, ekspresi berupa kata-kata, seperti membuka rahasia dan mengejek, menujukan kasih sayang atau sikap membantu yang tak diminta, melampiaskan perasaan kepada binatang atau mainan dan perilaku yang lunak seperti yang ada pada kesedihan.

pengaruh buruk pada anak untuk musik


Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.
"Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia. 

Kegiatan Mendongeng Untuk Anak


Mendongeng merupakan kegiatan yang menarik bagi anak. Melalui kegiatan mendongeng, akan memberikan banyak manfaat, terutama bila diberikan pada masa kanak-kanak. Mengingat banyak manfaat yang dapat dipetik, kegiatan mendongeng perlu diberikan oleh orang tua sedini mungkin. Manfaat dari kegiatan mendongeng adalah :
1. Merangsang perkembangan bahasa anak
Melalui kegiatan mendongeng, kosa kata dan wawasan yang dimiliki anak pun akan berkembang.Anak pun menjadi lebih memahami dunia sekitarnya, mengenai beragam konsep, warna, bentuk melalui tema yang menarik anak, seperti dunia binatang, kendaraan, dsb.
2. Mengasah kreativitas anak
Kegiatan ini sebagai sarana untuk menstimulasi perkembangan otak. Daya imajinasi dan kreativitas anak pun akan semakin terasah, melalui cerita yang diberikan. Dengan memberikan kesempatan untuk berpendapat di akhir cerita, dapat meningkatkan kreativitas anak.
3. Sebagai media untuk menanamkan moral
Orangtua dapat menanamkan norma perilaku kepada anak, melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan di dalam dongeng.Dengan pesan yang disampaikan, orang tua dapat menunjukkan pola perilaku yang positif, misalnya murah hati/berbagi dengan teman, sikap sayang terhadap adik, dsb. Bila pesan moral yang disampaikan dengan cara yang menarik, anak akan mudah merekam dan mengingat dengan baik, sehingga akan membantu anak untuk menampilkan perilku positif yang dapat diterima lingkungan.
4. Mempererat kedekatan antara orangtua dan anak
Kegiatan mendongeng merupakan salah satu sarana hiburan bagi anak, sehingga anak menjadi gembira, hubungan anak dan orangtua pun menjadi semakin dekat karena anak semakin nyaman dengan orangtua.

5. Merangsang minat untuk membaca
Melalui media buku cerita yang menarik, anak akan tertarik untuk selalu melihat buku serta menumbuhkan minat anak untuk belajar membaca.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan mendongeng untuk anak :
1. Media mendongeng
Agar dongeng yang disampaikan menarik, gunakan media mendongeng, selain menggunakan buku cerita,dapat pula menggunakan boneka tangan/jari, mainan yang dimilki anak, dsb.
2. Perhatikan usia anak
Sebelum mendongeng, perhatikan pula usia anak. Untuk usia anak yang lebih kecil, cerita yang disampaikan hendaknya lebih sederhana sehingga mudah dicerna anak. Tersedia buku-buku cerita yang dikategorikan sesuai dengan usia anak.
3. Artikulasi& Ekpresi
Orangtua hendaknya menyampaikan pesan dengan bahasa yang mudah dipahami serta pengucapan yang jelas, sehingga menjadi bahan pembelajaran bahasa bagi anak. Intonasi dan mimik wajah yang sesuai, dan tidak monoton sehingga anak tetap tertarik untuk menyimak hingga akhir cerita.
4. Berikan kesempatan untuk mengembangkan cerita sesuai dengan imajinasinya sendiri, sehingga kreativitas anak pun akan semakin berkembang. Lakukan evaluasi dengan menanyakan beberapa point dari cerita yang telah diberikan sehingga orangtua dapat mengevaluasi sejauhmana pemahaman anak terhadap nilai-nilai positif dari isi cerita yang telah diberikan.
5. Materi Dongeng
Materi dongeng dapat dikembangkan melalui buku yang sudah ada, ataupun melalui pengalaman
sehari-hari sang anak, sehingga dongeng yang diberikan semakin menarik.Dongeng pun hendaknya memiliki nilai-nilai edukatif yang positif bagi anak


Hal senada di kuatkan oleh pendapat Gordon Dryden dan Jeanette Voss dalam bukunya yang berjudul The Learning Revolution. Dalam buku tersebut diungkap bahwa 50 % kemampuan belajar manusia ditentukan pada empat tahun pertama dan membentuk 30 % berikutnya pada usia 8 tahun serta 20 % sisanya  pada usia diatas 8 tahun.

Pendapat lain diungkapkan oleh Tony Buzan seorang ahli psikologi perkembangan anak dari Negara Inggris. Buzan berpendapat bahwa saat seorang anak dilahirkan dia terlahir dengan kondisi yang brilian, dalam dua tahun pertama daya penyerapan otaknya melebihi seorang professor dalam bidang apapun. Sebenarnya anak pada usia 2 tahun mulai belajar dari apa yang ia rasakan, lihat dan dengar pada saat bermain. Sehingga akan sangat efektive bila kegiatan belajar seorang anak adalah saat sedang bermain.
Lalu akan timbul pertanyaan apakah memang setiap anak harus disekolahkan pada usia dini ?
Jawabannya adalah “relative”, karena untuk menyekolahkan anak pada usia dini diperlukan pertimbangan dari berbagai aspek, seperti ; ekonomi, kualitas sekolah yang dituju, dan lain-lain. Tetapi yang utama adalah setiap anak sangat perlu untuk  mendapatkan pendidikan sejak awal dan yang terpenting pelajaran akan kemandirian yang harus semakin bertambah seiring dengan pertambahan usianya.

Jika Anak Mengalami Fobia Sekolah


Fobia karena sekolah adalah sebuah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah. Gejala ini bisa tiba-tiba saja terjadi dirasakan oleh anak-anak, baik itu di waktu akan berangkat ke sekolah ataupun selepas liburan sekolah. Jenis Fobia ini sewaktu-waktu dapat dialami oleh anak-anak sampai usia mereka 14-15 tahun disaat dirinya menghadapi suatu lingkungan baru atau mendapatkan pengalaman yang buruk akan tempatnya bersekolah .
Jenis - Jenis Fobia Sekolah
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat.
1. Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
2. Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
3. Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
4. Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.


Tanda-tanda Fobia Sekolah
Berikut ini adalah tanda-tanda yang dialami anak-anak yang fobia sekolah :
1. Menolak berangkat ke sekolah.
2. Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin  pulang.
3. Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel  seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
4. Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
5. Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
6. Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
7. Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
Faktor Penyebab
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
1. Separation Anxiety Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety,  yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Mereka tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
2. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.

3. Problem Dalam Keluarga
Hal lain  bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua dan keluarga  secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan  bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini  menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.

Penanganan
Fobia sekolah bukanlah kelainan yang menetap. Dengan penanganan yang teratur dan bijaksana, masalah fobia sekolah dapat disembuhkan. Berikut ini beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menangani anak yang fobia sekolah.
Pertama, mengharuskan anak tetap bersekolah. Para psikolog berpendapat bahwa manusia membutuhkan “kondisi terpaksa” untuk mengalahkan rasa takutnya. Maka terapi yang terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah adalah dengan tetap memaksanya pergi ke sekolah setiap hari.
Kedua, buka komunikasi dengan anak-anak dan perhatikan keluhan-keluhan mereka. Memperhatikan keluhan-keluhan anak dapat dilakukan melalui sikap listening dan emphaty. Linstening berarti mendengarkan. Kata “mendengar” berbeda dengan “mendengarkan”. Mendengarkan artinya mendengarkan dengan hati apa yang diutarakan oleh anak, sehingga orang tua dapat memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anak dibalik kata-kata yang diucapkan. Sedangkan emphaty adalah sikap rela menempatkan diri pada posisi anak. Dengan menempatkan diri pada posisi anak, orang tua dapat merasakan apa yang dirasakan anak, mengerti apa yang dimengerti anak, melihat apa yang dilihat anak dan berpikir seperti yang dipikirkan anak. Dengan demikian orang tua dapat memberi perhatian dan mengambil tindakan dengan bijaksana.
Ketiga, konsultasikan keluhan-keluhan anak ke ahli sesuai dengan bidangnya. Kalau keluhan itu menyangkut masalah gangguan fisiknya, konsultasikan kepada ahli medis atau dokter. Jika keluhan itu menyangkut masalah gangguan emosinya, konsultasikan kepada psikolog atau konselor di sekolah. Jika gangguan itu menyangkut masalah pelajaran atau hubungan dengan teman-teman di kelas, konsultasikan dengan guru kelasnya.

Perlukah Anak Bersekolah Pada Usia Dini


Diantara orang tua banyak yang bertanya-tanya apakah tepat menyekolahkan anak pada usia dini? Pada usia berapa sebaiknya waktu yang tepat untuk menyekolahkan anak saya? Atau menurut sebagian orang tua ada yang berpendapat anak saya masih kecil belum cukup umur untuk bersekolah dan sebaiknya nanti saja bila sudah cukup umur.
Pemikiran tersebut kemungkinan merupakan persepsi yang selama ini tertanam dimasyarakat. Kebanyakan berfikir waktu yang tepat untuk menyekolahkan anaknya adalah pada usia 5 tahun.
Di negara-negara maju, seorang anak dapat dikatakan dapat memulai sekolahnya pada usia 2 tahun.  Hal tersebut adalah hasil dari penelitian para ahli psikologi di amerika yang menyatakan bahwa kemampuan terhebat setiap manusia ketika masih berusia di bawah lima tahun.
Dalam sebuah buku yang dikarang June R.  Oberlander yang berjudul Slow and Steady dan Get Me Ready dituliskan bahwa perkembangan otak menunjukan waktu yang baik untuk dapat memaksimalkan otak anak harus dimulai dari usia 3 tahun pertama dan semakin muda akan semakin baik pengaruhnya.
Hal senada di kuatkan oleh pendapat Gordon Dryden dan Jeanette Voss dalam bukunya yang berjudul The Learning Revolution. Dalam buku tersebut diungkap bahwa 50 % kemampuan belajar manusia ditentukan pada empat tahun pertama dan membentuk 30 % berikutnya pada usia 8 tahun serta 20 % sisanya  pada usia diatas 8 tahun.
Pendapat lain diungkapkan oleh Tony Buzan seorang ahli psikologi perkembangan anak dari Negara Inggris. Buzan berpendapat bahwa saat seorang anak dilahirkan dia terlahir dengan kondisi yang brilian, dalam dua tahun pertama daya penyerapan otaknya melebihi seorang professor dalam bidang apapun. Sebenarnya anak pada usia 2 tahun mulai belajar dari apa yang ia rasakan, lihat dan dengar pada saat bermain. Sehingga akan sangat efektive bila kegiatan belajar seorang anak adalah saat sedang bermain.
Lalu akan timbul pertanyaan apakah memang setiap anak harus disekolahkan pada usia dini ?
Jawabannya adalah “relative”, karena untuk menyekolahkan anak pada usia dini diperlukan pertimbangan dari berbagai aspek, seperti ; ekonomi, kualitas sekolah yang dituju, dan lain-lain. Tetapi yang utama adalah setiap anak sangat perlu untuk  mendapatkan pendidikan sejak awal dan yang terpenting pelajaran akan kemandirian yang harus semakin bertambah seiring dengan pertambahan usianya.

Energi Bagi Pendidikan dan Pengajaran Anak


Mendongeng adalah seni tertua warisan leluhur yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu sarana positif guna mendukung berbagai kepentingan sosial secara luas. Jauh sebelum munculnya peninggalan tertulis maupun buku, manusia berkomunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa kehidupan mereka secara bertutur turun temurun. Tradisi lisan dahulu sempat menjadi primadona dan andalan para orang tua, terutama ibu dan nenek dalam mengantar tidur anak atau cucu mereka.
Mendongeng merupakan kegiatan mengasyikan namun langka dilakukan dewasa ini. Perkembangan maupun perubahan sosial masyarakat yang sangat pesat agaknya berpengaruh terhadap minimnya aktifitas mendongeng, baik di rumah, sekolah, tempat ibadah, taman bermain, bahkan perpustakaan sekalipun. Padahal, manfaat mendongeng luar biasa sekali. Mendongeng dapat mengasah kecerdasan majemuk seseorang. Lewat mendongeng seseorang dilatih untuk mengembangakan sisi imajinasi dan meningkatkan kemampuan mendengarkan yang akan melahirkan kreatifitas dalam dirinya. Hal penting lainnya mendongeng merupakan upaya yang turut ambil bagian dalam menyampaikan pesan pendidikan moral yang baik di kalangan anak-anak.

Di sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar, guru biasa mendongeng atau bertutur pada murid-murid setiap pagi hari atau menjelang pulang sekolah. Entah mengapa, pemandangan mengasyikan ini sekarang sungguh langka atau bahkan nyaris punah. Apa yang terjadi sekarang anak sering berangkat tidur tanpa sepengetahuan ibunya.
Ibu barangkali masih asyik dengan sinetronnya atau mungkin faktor kesibukan yang semakin meningkat sehingga tidak sempat lagi mengantar tidur anaknya dengan dongeng-dongeng. Meski nampak sepele, dongeng sangat berarti bagi perkembangan jiwa anak. Dongeng dapat menjadi senjata ampuh dalam menerapkan disiplin pada anak, juga menjadi cara mengajari sesuatu tanpa kesan menggurui. Anak yang rewel, sulit diatur dan pembangkang dapat dikenalkan kepada nilai baik-buruk, benar-salah melalui dongeng. Dongeng yang sangat disukai biasanya fabel (cerita tentang kehidupan binatang) sebab dapat digunakan sebagai sarana menyindir tingkah laku manusia tanpa menyebabkan sakit hati.

Dongeng memang dunia anak-anak. Namun metode mendongeng dalam aktifitas pendidikan jenjang apapun menurut hemat penulis sangat efektif. Yang terpenting adalah menyesuaikan media penyampaian dongeng tersebut. Untuk anak-anak bisa dengan bantuan boneka tangan, panggung sandiwara boneka,  sedangkan untuk remaja dan dewasa dapat dibantu slide, gambar, movie maker, power point, dsb. Bila dulu anak-anak mendengar dongeng dari ibu/nenek saat menjelang tidur, kini mereka bisa mendapatkan dongeng dari buku cerita bergambar, VCD, DVD, atau cerita anak yang ditayangkan di televisi. Seperti salah satu VCD/ DVD Barney berjudul it’s time for counting (Saatnya Berhitung).
Yang intinya menceritakan tentang seorang pendongeng yang suka berkeliling dunia bernama Stella. Stella kehilangan angka-angka yang ada pada jam dinding yang selalu ia bawa berkeliling dunia, sehingga Barney dan kawan-kawan membantu Stella menemukan angka-angka yang hilang dengan pergi ke perpustakaan yang biasa dikunjungi Stella. Mereka menemukan angka tersebut di buku cerita yang berhubungan dengan angka yang menjadi ide cerita Stella. Menarik, karena sebenarnya matematika yang diajarkan melalui dongeng/ cerita akan jauh lebih menyenangkan dibanding metode menghafal. Melalui dongeng pendidik dapat menularkan energi positif dan tujuan yang lebih luhur, seperti pengenalan agama, alam lingkungan, budi pekerti, perilaku terpuji, bahkan matematika dasar.

Banyak orang yang barangkali kurang menyadari bahwa melalui berbagai cerita yang didongengkannya tentang kupu-kupu yang cantik, katak, bunga, atau apa saja, mereka tengah menyajikan fakta-fakta ilmu pengetahuan alam secara sederhana dan menarik dan dapat mengantarkan keindahan alam langsung ke hadapan anak-anak. Hakikat dari cerita itu bukanlah kumpulan ilmu pengetahuan, lampiran geografi, atau paparan sejarah. Cerita dan bercerita adalah bagian dari olah seni. Karenanya mendongeng di kelas akan menghadirkan atmosfer relaksasi, juga media penyegaran yang rekreatif, efektif dalam membina hubungan antara guru-murid, memperkaya pengalaman batin anak, dan menstimulasi reaksi sehat atasnya. Dampaknya akan terlihat di kemudian hari, karena pendidikan adalah rangkaian proses yang panjang.